Pesan Dari Negeri Seberang
Sabtu, 09 Januari 2010
"Gak ada apa-apa, biasa aja koq.... males bahasnya-capek! pusing.. percuma karena kamu hanya mikirin diri kamu sendiri-kamu gak pernah mikirin apa maunya aku, yang kamu tau cuma marah-marah..."
Itulah kata-kata yang selalu keluar setiap kali ada masalah yang terpendam dan tak terselesaikan. ada dua tipe emosional manusia yang secara mendasar aku ketahui. Individu pertama adalah manusia yang kurang pandai menyimpan segala uneg-uneg jika perasaan gelisah menyesak pikirannya. Ego pun muncul ketika pertanyaan demi pertanyaan yang lebih mirip introgasi dari pada sekedar mencari informasi dilontarkan tanpa memikirkan resiko keributan yang akan dihadapi. Why not? "dari pada makan dalem, mending di bikin lempeng walaupun ntar-ntarnya ribut beneran".
Kedua, adalah individu yang lebih cenderung menyimpan masalah dan menimbunnya sampai menjadi tumpukan gun powder hingga menciptakan bom "high explosive" yang cukup untuk merobohkan beton mental objek sasarannya. Sisanya hanya tinggal kemarahan yang berlarut-larut sampai batas kejenuhan yang di kehendaki.
Kedua tipe ini sama buruknya. Apa-kenapa & bagaimana tidak memiliki suatu intensitas kejelasan duduk persoalan jika hanya mengandalkan emosi yang bisa berubah tingkatan menjadi ID. ID menurut ilmu "leadership & relationship" dalam suatu tatanan sosiologi adalah tingkatan emosi paling tinggi, dimana suatu objek dan objek lain tidak menemukan titik persoalan dan berakhir pada pertengkaran hebat yang akan merusak suatu hubungan baik.
Setiap manusia punya emosi yang di kendalikan oleh akal pikiran. Emosi bersifat fleksibel, artinya apabila dikendalikan dengan baik maka akan memicu suatu semangat yang tinggi hingga menciptakan kinerja yang baik pula. Akan tetapi, jika emosi dikendalikan dengan nafsu amarah maka hal itu bisa berubah menjadi ego yang akan merusak pikiran dan lebih menjurus ke ambisi untuk memuaskan hasrat buruk suatu individu.
Adakah jalan lain untuk mengurangi hal buruk tersebut jika terjadi suatu masalah pada dua individu? Jawabnya tergantung dari sejauh mana konektifitas kedua individu tersebut untuk mencari celah dan saling memahami antara satu dan lainnya.
*for someone:
"aku hanya manusia biasa seperti lelaki pada umumnya. Punya kekurangan dan mungkin tidak terlalu peka untuk mencari tahu sendiri apa kesalahanku jika bukan kamu yang mengingatkannya. Mungkin untuk salah satu fungsi itulah kamu diciptakan agar aku bisa menuju kesempurnaan yang kamu kehendaki dari seorang pria dewasa. Mungkin kamu telah salah menilaiku jika aku tidak pernah memikirkan keinginan dan hasrat mendasarmu yang memang manusiawi itu. Percayalah, aku selalu memikirkannya. Hanya saja kamu tidak merasakan dan melihat hal itu secara nyata. Aku yakin, yang kamu rasakan hanya gambaran-gambaran mengenai diriku yang seolah-olah menurutmu kurang peduli dengan keinginan itu. Aku peduli...peduli, sangat-sangat peduli keinginanmu..."
0 comments:
Posting Komentar