Jadikan hidup memiliki arti

Jumat, 09 Januari 2009

Pernah seorang ayah mengendarai sebuah mobil hendak menuju gunung bromo untuk berlibur, mereka berangkat sekeluarga. Diperjalanan si ayah menghidupkan radio lokal setempat untuk sekedar mencari hiburan di perjalanan. Tetapi tiba-tiba di sela-sela lagu yang disajikan oleh stasiun radio tersebut, ada informasi mengenai cuaca buruk di sekitar daerah pegunungan bromo. Kabut tebal pagi itu hanya memberikan batas pandang sekitar 3 meter. Si ayah tetap mengemudikan mobilnya dengan kecepatan 60 km/jam tanpa ada perasaan takut akan terjadi sesuatu. Setibanya di lokasi liburan, si ayah lalu menurunkan semua barang dan memulai liburan keluarganya. Selepas menjalani aktivitas liburan, sorenya mereka berangkat sekeluarga untuk pulang kerumah. Tapi alangkah kagetnya sang ayah ketika melihat jalan yang ia tempuh tadi pagi dengan batas pandangan 3 meter ternyata ada tebing cadas di sebelah kanan dan jurang disebelah kiri.

Seorang istri curhat dengan teman pria sekantornya mengenai rumah tangga sang istri tersebut. Suaminya yang dulu senang berselingkuh dengan teman sekantornya kini telah insyaf dan mengakui semua kesalahannya terdahulu. Kini mereka telah hidup tenang setelah menjalani repairing rumah tangga mereka. Namun ketika secara tidak sengaja, si istri menemukan beberapa foto-foto suaminya sedang berduaan dengan selingkuhannya terdahulu. Si istri tersebut lalu menanyakan kepada teman curhat pria sekantornya tersebut, apakah hal ini perlu dipertnyakan kepada suaminya??

Menanggapi beberapa permasalahan diatas, kita perlu memahami seperti apa diri kita sesungguhnya. Terkadang kita tidak mengerti hal mana yang lebih penting dan mana yang tidak penting. Peristiwa sang ayah yang tidak hati-hati dan kurang menanggapi informasi yang telah disampaikan bisa berakibat buruk dengan semua keluarganya yang berada di mobil tersebut. Namun sang ayah tetap tenang mengemudikan mobilnya sehingga seluruh penumpang yang ada di mobil tersebut merasa lebih nyaman. Si istri yang selalu punya keinginan kuat untuk menanyakan hal yang seharusnya tidak perlu kepada suaminya. Karena perselingkuhan itu telah berakhir dan si suami telah minta maaf dan menyesali perbuatannya, ketika itu pula si istri telah memafkannya dan sama-sama berjanji untuk saling mengasihi. Apakah dengan menanyakan hal itu bisa berdampak positif untuk keutuhan rumah tangga mereka yang baru saja mengalami proses pencarian jati diri dan baru bisa hidup tenang?? Apakah dengan menanyakan hal tersebut bukan tidak mungkin si istri kembali terhanyut dengan luka lamanya?? Ketidaktahuan si ayah mengenai resiko yang mungkin bisa terjadi, justru menyelamatkan hidupnya dan keluarganaya. Karena si ayah bisa mengemudi dengan tenang dan tetap fokus. Karena ketidaktahuan bukan selalu berarti kebodohan, namun terkadang ketidaktahuan bisa menyelamatkan hidup kita.

0 comments:

  © Martcell All rights reserved @2008